Pantai Marina, salah satu destinasi wisata favorit di Bantaeng. Awalnya berwisata di pantai ini berkonotasi negatif di mata warga Bantaeng. Setelah diperbarui, Pantai Marina bahkan ramai oleh wisatawan dari luar Kabupaten Bantaeng
Pemkab Bantaeng punya sebuah kolam renang standar olimpiade dan kolam renang untuk anak. Biaya masuknya cuma tiga ribu rupiah, sementara anak sekolah bisa bebas bermain di tempat ini tanpa dipungut bayaran.
Adalah Bantaeng.
Julukannya Butta Toa, artinya kota tua. Bernama demikian karena kota ini sudah
ada sejak 750an tahun lalu. Arsitektur khas era pemerintahan kolonial Belanda
di sejumlah tempat, menegaskan impresi kota yang pernah menjadi afdeling atau
ibu kota pemerintahan itu. Namun beberapa tahun lalu, pesona kota bersejarah
ini sempat terkubur berbagai masalah. Banjir seringkali menyusul hujan yang
mengguyur Bantaeng beberapa jam saja. Kala musim kemarau, kekeringan sudah
niscaya. Disana dulu juga ada sebuah pantai yang tak terurus. Namun kini pantai
itu malah jadi pusat aktivitas warganya. Inilah Bantaeng setelah tahun 2008.
Setelah ia dipimpin bupati yang seorang akademisi. Simak beberapa potongan kisah tentang Bantaeng yang saya temukan sendiri disana. Klik judul berikut untuk membaca reportase hal-hal menarik di Bumi Butta Toa:
Beragam masalah
yang semula mengepung Bantaeng, perlahan mulai dihadapkan dengan solusinya
masing-masing. Dari daerah langganan banjir, menjadi daerah tingkat dua
langganan adipura. Rapor pembangunan yang dilihat dari data Badan Pusat
Statistika (BPS) pun nampak membaik. Bantaeng kini bersiap menjadi metropolitan
baru di sulatan Sulawesi pada 2018. Lima tahun setelah itu, Bantaeng
menargetkan diri menjadi megapolitan. Kita tunggu. []