Dalam sebuah video bertahun 2008,
terlihat luapan air setinggi lutut orang dewasa. Siang itu Area pusat Kabupaten
Bantaeng terlihat sepi. Hanya beberapa orang yang nekat menerjang banjir. Kata
seorang warga, banjir sudah menjadi langganan di Bantaeng. Itu sebelum
dibangunnya bendungan. Pembangunan bendungan atau cek dam adalah program
pertama bupati Nurdin Abdullah setelah ia dilantik pada Agustus 2008.
Menariknya, bendungan itu adalah realisasi karya ilmiah sang bupati.
Awalnya
ia mendapat resintensi dari warga. Bagaimana tidak? Cek dam itu dibangun di
daerah yang tidak dilewati aliran sungai besar. Sepintas orang bisa mengira
bupati itu asal tunjuk lokasi saja. Satu lagi, cek dam dibangun ketika
Indonesia terharu (dan takut) dengan tragedi Situ Gintung di Ciputat Jawa Barat.
Ketika itu lebih dari 100 orang tewas terseret air yang semula dibendung. Warga
Bantaeng tentu ogah kejadian itu berulang di rumahnya. Tapi toh bupati tetap
melenggang dengan program cek damnya.
Ternyata
benar. Setelah cek dam rampung dibuat, banjir tak lagi akrab dengan Bantaeng.
Yang dilakukan bupati dengan cek damnya, adalah membuat sungai buatan. Jika
debit air di cekungan cek dam melebihi batas normal, air akan dialirkan ke
saluran lain sehingga merata. Dengan cek dam itu, Bantaeng tak lagi kelebihan
air saat hujan. Tidak juga kekurangan ketika kemarau.
Labels: bantaeng, cek dam, mata najwa, metro tv