|
Dari atas perkebunan Kabupaten Bantaeng, garis pantai kabupaten terlihat jelas |
Meskipun
luasnya cuma 0,63% provinsi Sulawesi Selatan, Bantaeng punya bentang alam
lengkap. Dari gunung sampai pantai ada. Berdasarkan kondisi alam itulah
pemerintah kabupaten Bantaeng merumuskan jurus pembangunan—membagi Bantaeng
dalam klaster pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Pantai diprioritaskan
menjadi kawasan wisata. Dataran rendah untuk pertanian bahan pangan pokok dan
sedang disiapkan untuk menjadi area industri smelter atau pengolahan nikel.
Sementara dataran tinggi, menjadi arena pertanian berbagai jenis komoditas,
salah satunya daikong.
Daikong
adalah sayuran sejenis lobak yang berasal dari Jepang dan biasa digunakan untuk
campuran sashimi. Di Bantaeng, daikong tumbuh subur. Umbi-umbian ini nantinya
diekspor dan digunakan di restoran khas masakan Jepang. Selain daikong, di
dataran tinggi Bantaeng juga tumbuh talas jepang. Talas ini dibiakkan dengan
metode kultur jaringan. Laboratoriumnya pun tersedia diatas sana, lengkap
dengan sejumlah tenaga profesional. Berbeda dengan talas lain, si talas jepang
punya lebih dari satu umbi di bawah tanah. Selain talas dan daikong, perkebunan
stroberi dan apel juga ada. Kalau stroberinya sedang berbuah, wisatawan bebas
memetiknya dan membeli untuk dibawa pulang.
|
Tunas talas jepang di laboratorium Kabupaten Bantaeng |
|
Salah satu bagian dari kebun dan laboratorium yang dikelola Pemkab Bantaeng |
|
Bupati dan jajarannya berfoto bersama daikong yang baru dipanen |
Labels: bantaeng, daikong, mata najwa, metro tv