Pelajaran Dari Bantaeng: Sepak Terjang Sebuah Brigade

Posko medis BSB kini tak hanya didatangi warga Bantaeng, tapi juga warga kabupaten tetangga.
Meski bukan warga setempat, mereka tetap dilayani.
Ambulans BSB yang di dalamnya terdapat peralatan medis lengkap.
Kejadian ibu melahirkan di dalam mobil ini cukup sering terjadi
Armada mobil pemadam kebakaran BSB Bantaeng.
Mobil terdepan bisa menjangkau titik api di ketinggian lantai 30
Revolusi pelayanan kesehatan bergulir di Bantaeng. Jika lazimnya orang sakit menghampiri balai pengobatan, maka di kaki paling selatan pulau Sulawesi itu, logika demikian dibalik. Warga yang merasa tidak sehat tinggal hubungi nomor 113. Selanjutnya mereka akan didatangi seperangkat alat dan tim medis yang siap melayani. Dokter dan tim medisnya akan menghampiri rumah dan memberi pengobatan. Jika tidak bisa ditangani dalam satu tindakan, si sakit akan dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Tentu dengan ambulans gratis yang ditunggangi tim itu. Ambulans yang ada di Bantaeng bukan ambulans biasa. Armada itu memfasilitasi tindakan medis semacam operasi di dalam kabinnya. Kejadian melahirkan di dalam mobil contohnya, bukan terjadi sekali-dua kali. Makanya, angka kematian ibu dan bayi menurun drastis setelah ada si kelompok siaga tadi. Tim yang selalu siap dengan panggilan warga tersebut menamakan diri Brigade Siaga Bencana.
                
Brigade Siaga Bencana atau BSB, membawahi pelayanan hal-hal darurat yang dialami warga. Tak hanya bidang kesehatan, peristiwa kebakaran pun akan diatasi dengan reaksi cepat oleh BSB melalui kontak telepon yang sama, 113. Ada kisah tentang seorang pemadam kebakaran di Kabupaten Bantaeng, namanya Bobi. Ayah dua anak ini pernah berkesempatan diberangkatkan ke Jepang oleh Bupati Bantaeng untuk belajar tentang profesi yang ia geluti. Sekembalinya ke kampung halaman, Bobi dihadapkan pada sebuah insiden kebakaran. Saatnya ia beraksi. Naas, ketika menjinakkan si jago merah, sebuah kecelakaan menyertai. Bobi tewas di tempat.

Kecelakaan yang dialami Bobi kemudian menjadi pelajaran berharga bagi satuan pemadam kebakaran Bantaeng. Kini, mereka dilengkapi dengan armada yang lebih baik. Salah satunya adalah mobil pemadam kebakaran yang didatangkan dari Jepang dan mampu mencapai titik api di ketinggian lantai ke-30. Padahal, di Bantaeng gedung tertinggi adalah RSUD. Itu pun cuma delapan lantai dan belum rampung dibangun. Rupanya mobil itu berguna ketika pada suatu saat, pasar terbakar dan titik api ada di bagian tengah. Tangga di mobil pemadam kebakaran kemudian dipasang horizontal untuk memadamkan si api.

Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah (kanan) usai memberi makanan untuk Afgan, anak almarhum Bobi.
Saat ditanya cita-cita, Afgan mantap menjawab ingin menjadi pemadam kebakaran.
Pria berbatik hitam adalah Hidekazu Futagami, direktur Ehime Toyota.
Ia dan timnya berada di Bantaeng setelah memberi bantuan mobil ambulans.

Labels: , , ,