|
Anjungan Pantai Seruni |
Ya,
Bantaeng juga bisa dibilang kota romantis. Pertama, disana ada sebuah ruang
publik unik, namanya Pantai Seruni. Dulu, yang namanya Pantai Seruni adalah
pantai yang jorok, bukan lagi kotor. Di sepanjang garis pantai, tiap pagi warga
“jongkok” disana. Kala malam, tak ada yang berani melewati tempat itu. Selain
berdekatan dengan lapas, ada sebuah pohon besar yang kata seorang warga, dihuni
kuntilanak. Kalau kita lewat malam-malam di bawah pohon itu, katanya ada yang
menaburkan pasir dari atas. Benarkah? Entah. Yang pasti, kini Pantai Seruni
sudah jauh dari kisah kelam tadi.
Bayangkan, ada
sebuah alun-alun kabupaten yang berbatasan langsung dengan laut. Di dekatnya
ada sebuah anjungan serupa Pantai Losari di Makassar. Berdirilah disana pada
sore hari. Maka gradasi warna langit yang terlihat dari sana, baru satu bagian
keindahan. Lalu tengok sisi lain alun-alun tadi. Sebuah rumah sakit daerah
berstandar internasional sedang dibangun. Tingginya delapan lantai. Bupati dan
wakilnya (ketika saya wawancara) kompak menyebut gedung itu rumah sehat, bukan
rumah sakit. Di sampingnya sebuah apartemen dibangun pemerintah kabupaten untuk
dihuni para dokter yang bertugas disana. Dimana dokternya sekarang? Di Jepang.
Mereka disiapkan untuk mengoperasikan peralatan medis berteknologi canggih.
Sepulang dari Negeri Sakura yang berbarengan dengan rampungnya pembangunan
gedung pada 2015 mendatang, sepuluh dokter tadi siap beraksi. Oh ya, semua
gambaran indah tadi adalah visualisasi Pantai Seruni kini.
Keindahan Pantai
Seruni belum habis disana. Ada balai atau tribun yang menghadap laut di
alun-alun Pantai Seruni. Disana bupati biasa menerima tamu. Kalau tak ada tamu,
wargalah yang menempati, karena di dekatnya, 200an kursi plastik berjejer
teratur diduduki warga yang bercengkerama sambil menikmati sara’ba—minuman khas
Bantaeng yang terbuat dari sari jahe. Kalau kamu ada disana ketika malam,
sebuah odong-odong berhias lampu warna warni berkeliling di lintasannya yang
beraspal mulus. Nah, jawaban dari kenapa tempat ini romantis, adalah karena
setelah Pantai Seruni direnovasi, angka perceraian di Kabupaten Bantaeng terjun
bebas. Tahun 2012 angka perceraian disana cuma 17 kasus. Bandingkan dengan
angka rata-rata muncul di tahun-tahun sebelumnya yang menembus lebih dari 100 kasus
perceraian. Pantai Seruni baru satu dari tiga pantai di Bantaeng yang dirombak
total. Pantai Lamalaka disulap menjadi tempat makan yang berbatasan langsung
dengan laut. Sementara Pantai Marina, cocok digunakan bermain ombak.
Alasan kedua
romantisnya Kabupaten Bantaeng adalah hubungan harmonis rumah tangga para
pejabat kabupaten. Bupati Nurdin menghimbau jajarannya untuk memeluk dan cium
istri masing-masing sebelum berangkat kerja. Saran itu nampaknya dituruti para
pejabat kabupaten, bahkan mungkin dicontoh warganya. Soalnya Sang Bupati
sendiri memberi contoh. Di hadapan saya dan seorang kepala dinas, bupati tak
segan merayu istrinya. Romantisme Bantaeng akan lebih terasa, jika kita
berwisata kesana dengan orang yang cocok diajak beromantis ria. Hehe.
|
Kanan: Rumah Sakit Daerah Bantaeng yang sedang dibangun |
|
Kios makanan di Pantai Seruni |
|
Odong-odong berhias lampu mengitari alun-alun Pantai Seruni dan melewati lapas |
|
Warga beraktifitas di Pantai Seruni sejak siang hari |
Labels: bantaeng, mata najwa, metro tv, pantai seruni