Kaya Dengan Karya

       Pada pertengahan tahun 2011, saya beruntung menjadi bagian dari keluarga besar Forum Indonesia Muda (FIM), sebuah wadah berbagi dan menerima inspirasi serta kontribusi. Beberapa bulan pasca pelaksanaan kegiatan FIM kesepuluh, para peserta di dalamnya menginisiasi pembuatan buku yang berisi tentang kiprah mereka di berbagai bidang. Saya memilih topik tentang seni dan budaya sebagai fokus bahasan. Melalui media ini, saya akan berbagi tentang produksi seni-budaya yang telah saya hasilkan di 2011.

     Saya mengawali tahun pertama di dekade kedua abad ke-21 ini dengan slogan “Kaya dengan Karya”. Saya bertekad untuk memproduksi minimal satu karya tiap bulannya. Di akhir tahun nanti, saya juga ingin menampilkan karya-karya tadi dalam satu pameran. Hampir seluruh produk yang saya hasilkan dipublikasikan melalui blog ini. Teman-teman yang saya hormati, selamat datang di pameran akhir tahun saya. Dalam tulisan ini, saya hanya akan berbagi tentang karya apa yang telah saya produksi tiap bulan di tahun 2011.

Januari
Saya memulai debut karya tahun ini dengan memproduksi foto-foto suasana sawah yang kemudian dipublikasikan di blog dengan judul Mooi Indie. Foto-foto itu adalah karya fotografi pertama saya dengan menggunakan Kodak Easyshare Z981. Setelah saat itu, kamera itulah yang menemani saya membekukan waktu.


Di bulan yang sama, saya juga mempublikasikan hasil wawancara dengan Maul, Limpy dan Ikiw, mahasiswa IPB yang dikenal sebagai musisi di kampusnya. Ketiganya merupakan embrio ide dari majalah digital Can I Say yang saya rilis sembilan bulan kemudian.

Februari
Karya berupa foto masih mendominasi produksi saya di bulan kedua. Liputan Konser Tunggal KOIL yang saya buat di penghujung bulan rupanya menuai lebih banyak apresiasi. Ulasan yang saya buat juga dimuat dalam Lorong Zine, majalah yang dibuat apresiator kelompok musik senior asal Bandung itu.

 

Maret
Di bulan ini, saya mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN). Salah satu episode dalam seleksi itu adalah penilaian kemampuan seni. Untuk bagian itu, saya menampilkan aransemen ulang dari musik daerah yang dikemas ulang dalam balutan musik digital. Berkat seleksi itu, dua karya aransir ulang telah terbentuk.

Can I Say - Peuyeum Priangan by Rheza Ardiansyah
Can I Say - Es Pileuleuyan by Rheza Ardiansyah

Di bulan yang sama, saya turut bagian dalam pameran lukisan yang merupakan salah satu tahap dari rangkain Eco Ethnic Art Festival yang digelar komunitas Wahana Telisik Seni dan Sastra di kampus IPB Darmaga.


April
Di bulan ini, saya bersama Agus Surachman memproduksi sebuah film pendek yang diikutsertakan dalam sebuah kompetisi tentang migrasi pemuda yang digelar oleh World Bank. Dari sinilah lahan atensi saya terhadap produksi video tumbuh subur. Saya membuat film dokumenter hingga video liputan karena sebelumnya termotivasi oleh Rahmat’s Journey yang dibuat bersama Agus tadi.


Saya juga tampil di acara RASSA membawakan sebuah puisi/lagu Homicide yang judulnya Barisan Nisan. Ini pengalaman pertama saya baca puisi di depan umum.hehe. Acara itu ternyata juga diliput media lokal Bogor, jadi mejeng deh saya di Jurnal Bogor. :D






Mei
Ada lima hari di bulan kelima ini yang begitu berkesan. Saya berkesempatan untuk mengikuti Forum Indonesia Muda ke-10. Melalui acara itu, saya termotivasi untuk menjadi mandiri sebagai enterpreneur. Saya juga menghasilkan sebuah cerpen yang terinspirasi dari kisah yang dituturkan Bapak Houtman Zainal Arifin, salah satu pembicara di gelaran FIM X itu.

Juni
Ketika menjalani aktivitas sebagai mahasiswa tingkat akhir, terbersit ide dalam benak saya untuk juga menulis buku tentang berbagai kejadian unik selama penyelesaian skripsi. Rintisan pertama buku berjudul Manis Getir Skripsi itu pun kemudian terbit.


Di pertengahan tahun ini, saya masih konsisten memproduksi karya fotografi tiap bulannya hingga akhir tahun. Juni ini, saya juga merilis video dokumentasi kegiatan Kuliah Kerja Profesi di Kalimantan Selatan yang saya ikuti setahun sebelumnya.

Juli
Karya foto, video, hingga ulasan buku masih saya buat di bulan ini. Konser Fusion Music Festival dan Java Rocking Land adalah dua gelaran musik yang saya gunakan sebagai alat asah kemampuan jurnalistik, fotografi dan videografi.

Agustus
Di bulan kemerdekaan ini, saya merilis majalah digital Can I Say yang terbit tiap bulan. Saya juga memproduksi sebuah lagu dalam wujud video.

September
Saya belajar melakukan tranformasi karya di bulan ini. Ada sebuah kisah di kampus IPB yang kemudian saya visualisasikan ke dalam bentuk film pendek berjudul Sudah Tahu bersama Agus Surachman dan Metha Djuwita. Keterampilan menghasilkan foto HDR (High Definition Range) juga saya asah di bulan ini, selain produksi rutin majalah digital Can I Say.

Oktober
Bogor ternyata menyimpan inovasi budaya yang cemerlang. Seorang dalang bernama Ki Drajat mengkreasikan wayang yang terbuat dari bambu. Meski belum begitu ternama, gaung popularitas karya Ki Drajat sudah merambah benua Eropa. Tak jarang beberapa turis mancanegara mengunjungi sanggarnya. Tertarik dengan kiprahnya, saya, Aisyah  Noor dan Syifa Fauziah membuat film dokumenter tentang sosok inspiratif itu. Berikut ini adalah video yang memperlihatkan kisah di balik pembuatan film berjudul Wayang Bambu itu.

Dibalik Layar Wayang Bambu from rheza ardiansyah on Vimeo.

November
Lima video saya publikasikan di bulan kesepuluh ini.  Tiga diantaranya adalah aransemen ulang dari berbagai lagu, sementara dua video lain berisi hasil liputan open mic Stand Up Comedy di Bogor dan video liputan kegiatan konservasi di Gunung Halimun-Salak.
Dibalik Layar Wayang Bambu from rheza ardiansyah on Vimeo.

Desember
Di awal tahun, saya merencanakan membuat sebuah buku yang berisi kisah di balik pembuatan skripsi. Buku berjudul Manis Getir Skripsi itu akhirnya dirilis dalam format buku-e di bulan penutup tahun 2011 ini. Selain Manis Getir Skripsi, saya juga membuat Akademi Pasca Graduasi, buku-e serupa buku pertama yang berisi paradigma dan fakta yang muncul setelah saya lulus dari IPB. Sekarang kedua buku itu udah jadi versi cetak juga.
Di bulan penutup ini saya juga berkesempatan bergabung dengan Asphoria, sebuah band yang karyanya saya gandrungi. Peran manager saya sudah bukan hal yang mudah. Semoga saya bisa belajar dengan baik. Untuk Asphoria, saya juga mempersembahkan sebuah video bagi lagunya yang bertitel Dialek Ruang Hampa.


Saya tentu berharap eksistensi saya dan karya-karya yang telah diproduksi dapat berguna bagi lingkungan sekitar. Meski mungkin nilai guna itu belum banyak terasa, saya terus mencoba dan belajar agar lebih baik lagi.

Saya terkesan dengan kuotasi dari Ibnu Qayyim yang menyatakan bahwa akar kesalahan itu ada 3—kesombongan, keserakahan dan kedengkian. Selama menghasilkan kreasi di tahun 2011 lalu, mungkin ada hal-hal yang kurang berkenan (terutama mungkin terkesan menyombongkan diri, karena ini blog pribadi yang sangat self-centered). Untuk itu saya mohon maaf. Terima kasih juga saya haturkan untuk teman-teman yang sudah mengomentari, memberi masukan, memperbaiki, ataupun cuma mampir. Hehe. Sampai jumpa di tahun 2012.


Labels: