Dangdut



Di grup Facebook HIMAGA IPB (Himpunan Mahasiswa Garut IPB), ada sebuah artikel menarik yang ditulis oleh Tatang Gunawan. Saya memberikan beberapa poin komentar dan mohon izin ke penulis untuk mempublikasikan tulisannya disini, biar lebih banyak lagi orang yang baca. 


Ketika Dangdut Dicap Murahan Eksistensi Musik Indonesia Dipertanyakan
Oleh : Tatang Gunawan 
Dangdut menjadi fenomena tersendiri di Indonesia. Bagaimana tidak, musik dangdut yang notabene musik rakyat Indonesia kini terkesan menjemukan dan kadang dicap murahan. Dalam perkembangannya dangdut telah banyak melewati berbagai fase dimulai dari fase dangdut klasik, 70-an, 80-an hingga dangdut sekarang yang katanya kontemporer. Bila ditinjau dari asal sejarahnya dangdut berasal dari kulturisme musik India dan Melayu yang mengendap dengan irama dang dan dut (asal kata dangdut) yang dipadukan dengan harmonisasi aransemen dengan nada dicengkokan. Indonesia adalah dangdut, dan dangdut adalah Indonesia Begitulah kira-kira orang menyebut keakraban diantara keduanya. Padahal jika ditilik lebih jauh, dangdut bukanlah produk asli kebudayaan Indonesia, melainkan musik yang berasal dari India.Namun karena sudah tanggung disukai, lalu kita mengklaim dangdut sebagai milik Indonesia. Untung India tidak marah kebudayaannya diklaim negara lain, tidak seperti kita yang marah ketika kebudayaannya diklaim Malaysia(Alkatiri, 2010).
Dangdut adalah jenis musik yang sangat unik. Dangdut dapat dipadukan dengan berbagai musik lain (bersifat konservatif) misalnya ketika rock didangdutkan berubah menjadi rockdut, pop didangdutkan menjadi popdut, dan musik jawa seperti keroncong didangdutkan menjadi campur sari, yang diperkenalkan oleh Didi Kempot. Dangdut memiliki biraba 4/4 dan jarang ditemukan lagu dangdut yang memiliki birama3/4 kecuali pada berbagai lagu dangdut tahun 1960-an seperti burung nuri dan seroja. Musik dangdut sangat miskin impropisasi, baik melodi maupun harmoni. Walaupun demikian karena kekurangan itulah musik dangdut berbeda dengan aliran musik lain seperti pop, rock, keroncong dan mengandalkan ketukan tabla dan singkep. Musik dangdut dibawakan dengan nada dicengkokan, dan hal inilah yang menjadi daya tarik utama dangdut yang membawa penikmatnya dengan tanpa sadar berjoged. Dan saking nikmatnya, sebagian orang berpendapat stress dikepala hilang sesaat apabila mendengar dan berjoged dangdut. 
Dangdut masuk ke Indonesia tahun 1940-an ketika musik melayu kontemporer masuk dan berpadu dengan unsur-unsur India (seperti penggunaan tabla) serta cengkok dan harmonisasi Arab. Perkembangan dangdut mulai matang tahun 1950-an sampai 1960-an ketika banyak bermunculan orkes-orkes melayu di Jakarta yang memainkan lagu Deli dari Medan. Dan bersamaan dengan masuknya musik India kedalam dangdut yang dibawa oleh Eliya Kadam dengan lagu boneka Indianya dan Husein Banafie (salahsatu penulis lagu ratapan anak tiri) yang berhasil membius masyarakat kita dengan nada-nada indahnya. Gaya musik dangdut terus berkembang ditahun 1970-an dengan kemunculan Soneta Group yang dimotori Rhoma Irama sang King of Dangdut, Elvie Sukaesih sang ratu dangdut, dan A. Rafiq si Elvisnya dangdut. Mereka membawa musik dangdut menjadi musik yang digemari masyarakat Indonesia khususnya kaum marjinal. Apalagi, pada tahun itu perkembangan musik Barat sedang panas-panasnya dan membawa angin segar bagi musik dangdut dengan kemunculan gitar listrik, mandolin, orgen listrik dan perkusi. Nada dangdut yang lemah gemulai dan merayu-rayu serta sangat terbuka terhadap pengaruh musik lain mulai dari keroncong, laggam, rock, pop, bahkan house musik makin menancapkan eksistensi dangdut pada waktu itu. Sebut saja lagu adu domba ciptaan Rhoma Irama yang berhasil membius dan mengetarkan pinggul orang Indonesia untuk bergoyang.
Seiring perkembangan pemerintahan Soeharto dangdutpun menghasilkan kroni-kroninya. Sebut saja Megy Z, Kristina, Mansyur S, Iis Dahlia, Evi Tamala, Ikeu Nurjanah dan kawan-kawan. Dangdut mulai meramaikan jagad hiburan dan industri musik tanah air sehingga Indonesia mulai terserang wabah dangdut. Bahkan virus dangdut sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, beberapa negara Eropa, hingga negara adikuasa yaitu Amerika Serikatpun tidak luput dari wabah dangdut, maka pada tahun 80-90 an Rhoma Irama sang Raja dangdut mengklaim bahwa kita sudah swasembada dangdut.dan sampai akhir tahun 90-an saat runtunya rezim soeharto dangdutpun mulai tergerus dan mengalami masa reformasi dangdut.
Dangdut memang fantastis. Dangdut telah melewati berbagai kondisi yang berbaur dengan kultur masyarakat Indonesia. Dangdut adalah musik kebanggaan bangsa, karena melalui dangdut kita dikenal dunia dan melalui dangdut juga kita memiliki karakter musik tersendiri yang dimiliki bangsa lain. Fanatisme akan dangdut juga menjadi fenomena yang ajaib bahkan beberapa tokoh musik dunia menyebut itu sebagai the miracle of dangdut. Fanatisme itu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia saja, bahkan negara-negara lain seperti Arab Saudi, Qatar, Belanda , sampai negara adidaya yaitu Amerika Serikat tak luput dari fanatisme dangdut. Hal itu dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti: (1) lirik musik dangdut yang unik dan mudah dimegerti, (2) dangdut adalah musik rakyat, tidak ada pembeda baik sikaya atau si miskin (3) aransemen musik yang familiar dan mudah mengajak badan untuk bergoyang, dan (4) musik dangdut yang dipercaya dapat menghilangkan stres adalah faktor penentu kenapa dangdut sangat digemari .Dangdut juga kerap kali digunakan sebagai alat politik. Partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan musik dangdut untuk menarik massa.


Setelah reformasi dangdut mulai menapaki perjalanan baru yaitu dangdut yang lebih demokratis, dangdut menjadi lebih berani dan agresif. Media masa dan TV menjadi lebih sering mengadakan acara-acara dangdut yang dibumbui goyang erotis. Hal itu diawali dengan kemunculan Ainul Rokhimah atau lebih familiar dipanggil Inul Daratista dengan goyang ngebornya merubah wajah musik dangdut menjadi sangat variatif dan kadang dicap murahan. Hal ini adalah evolusi dari berbagai goyang dangdut diberbagai daerah yang memunculkan jiwa erotisme ini. Perlu disadari dangdut diberbagai pelosok dapat dikatakan sangat erotis, jika Inul bergoyang dengan pantatnya, di daerah ada yang lebih seronok lagi. Ironis memang kondisi dangdut saat ini. Pasalnya setelah kemunculan goyang ngebornya Inul, muncul goyang ngecor, goyang gergaji, pata-pata, sedot tembok dan goyang perkakas bangunan lainnya. Bahkan banyak pihak yang menyebut dangdut adalah makanan pokoknya, dan erotis adalah lauknya. Keadaan ini memaksa sang raja dangdut Rhoma Irama turun tangan dan mencekal Inul, alhasil konser- konser inul dibatalkan dan karirnya meredup sejak saat itu kemudian ia beralih profesi menjadi pengusaha karoke bersama suaminya Adam Suseno. Paling tidak Inul telah menjadi tokoh reformasi dangdut dan melahirkan tokoh-tokoh dangdut baru seperti Trio Macan dan Dewi Persik. Kasus cekal- mencekal terjadi kembali kali ini Dewi Persik yang dicekal walikota tanggerang karena dinilai goyangannya mengundang nafsu kaum adam.
Di era sekarang ini dangdut mengalami erosi karakter. Dangdut sekarang dipandang sebagai musik murahan, aliran musik orang kampung dan musik dengan tampilan sensualitas yang mempertontonkan aurat khususnya kaum hawa. Tidak bisa dipungkiri hal ini telah menjadi paradigma baru masyarakat saat ini. Mereka lebih senang menyayikan lagu berbahasa Jepang atau hip-hopnya orang Barat ketimbang dangdut is the music of our country. Kalangan musisi dangdutpun terkesan apatis dan membiarkan sensualitas dangdut terus berjalan. Bahkan para penyayi dangdut kontemporer saat ini merasa bangga dan tidak ada rasa malu sedikitpun ketika ia mempertontonkan goyangan sensualitasnya. Banyak musisi dangdut yang berpendapat dangdut tanpa goyang itu bagai sayur tanpa garam. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang ini apakah goyangan yang berlebihan dengan sensualitas itu boleh. Jika itu dilegalkan bahkan dilumrahkan dimana letak moral orang timur dengan adat-istiadatnya. Benar, dangdut sedang mengalami krisis karakter.
Dangut berkembang menjadi sangat Indonesia. Dangdut ditampilkan sangat instan tetapi ingin cepat sukses. Muncul berbagai kontes dangdut yang memunculkan bintang-bintang dangdut karbitan yang dipaksa untuk popular sebelum waktunya. Ya, tidak kunjung satu tahun mereka eksis di pangung dangdut tanah air namanya meredup tatkala kontes dangdut itu selsai. Dangdut juga dibuat dengan apa adanya. Banyak musisi dangdut saat ini cenderung membuat musik dangdut dengan nada seronok dan lirik yang sebetulnya tidak patut untuk dibuat lagu. Misalnya keong racun, jablai dan kucing garong yang sebetulnya tidak pantas diperdengarkan. Bahkan banyak anak- anak yang menyayikanya. Ironis memang. Dangutpun terkesan munafik dan mengharapkan belas kasihan orang. Dangdut digunakan sebagai media penyayi untuk merauk rupiah dengan saweran yang memperontonkan erotisme. Jadi mungkin wajar dangdut mendapat cap murahan dari masyarakat.
Tindakan cekal-mencekalpun terjadi pada musik dangdut. Dangdut yang dijadikan media dakwah oleh Rhoma Irama berubah menjadi dangdut sebagai media penyalur erotisme. Jauh sebelumnya, dangdut juga mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan sekaten, karena penyayi dangdut wanitanya terlalu terbuka dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi sekaten. Kemunculan Inul Daratista dicekal Rhoma Irama, Dewi Persik dicekal walikota Tangerang, dan MUI Kalimantan Timur, serta Trio Macan yang dicekal FBI. Dangdut memang telah mengalami pergiliran jaman.
Terdapat berbagai alasan yang mengangap dangdut tergolong sebagai musik murahan, yaitu ;(1) Dangdut adalah musiknya orang marginal sehingga dipandang musik rendahan. (2) Dangdut sekarang dipertontonkan dengan goyang-goyang yang aneh dan mengumbar hawa nafsu sehingga kerapkali dipandang dangdut adalah makanan pokok dan erotis adalah lauknya.(3) Dangdut terkesan munafik dan mengharap belas kasihan orang lain, dangdut ditampilkan erotis hanya untuk meraup sedikit rupiah oleh penyayinya. (4) Banyak lagu dangdut yang sebetulnya melanggar norma kesusilaan baik dari aransemen maupun liriknya dan (4) Dangdut dipandang tidak indah lagi karena tidak bersifat mendidik lagi.
Sebetulnya apa yang terjadi dengan salahsatu jenis musik kebanggaan kita ini? Dangdut dicap menjadi murahan. Siapa yang harus disalahkan mengenai hal ini?, apakah sang raja dangdut yang tidak sanggup membentengi erotisme dangdut atau presiden yang sepertinya tidak peduli dan tidak pernah menyinggung musik dangdut yang sedang menjadi polemik di masyarakat. Ingat bangsa yang besar adalah bangsa yang cinta akan karya anak bangsanya. Memang dangdut bukan berasal dari Indonesi, akan tetapi dangdut telah menjadi ruh bangsa dan dapat dimasukan kedalam budaya bangsa. Dan ketika dangdut dicap murahan apakah kita sebagai bangsa Indonesia akan membiarkannya? Tentu tidak kita harus melakukan proteksi terhadap musik kebanggaan kita ini. Kita harus mengambil berbagai langkah seperti; (1) Erotisme musik dangdut harus dihapuskan karena melanggar norma kesusilaan dan dapat menjadi racun bagi anak bangsa. (2) Pembibitan musik dangdut harus diperbaiki dari sifat instant. (3) Keorganisasian musik dangdut yang professional dan buat peraturan tentang dangdut dan bila perlu buat undang undang khusus tentang dangdut.
Dilihat dari sejarah, perkembangan dan pengaruh musik dangdut di masyarakat serta terlepas dari kata dangdut adalah Indonesia, dan Idonesia adalah dangdut. Dangdut telah mewarnai relung hati rakyat khususnya kaum marjinal. Dangdut terbukti kerap kali mengharumkan bangsa di luar negeri dan menurut Denny Sukrie secara perlahan tapi pasti, dangdut bisa menjadi pinggang dan mencapai undakan sebagai jati diri bangsa. Dangdut mulai ada dimana-mana. Termasuk di layar kaca, media elekronik yang penuh dengan dentuman utas dangdut. Maka berdendanglah Project Pop “ Dangdut is The Music of My Country”.


Dangdut adlah musik bangsa
Karena,
Indonesia adalah dangdut,dan
Dangdut adalah Indonesia
Jadi 
Ketika dangdut dicap murahan
Eksitensi musik Indonesia dipertanyakan
Wahai generasi muda penerus bangsa
Ayo bangun dangdut


Dari : Anak Bangsa Pecinta Dangdut


Nah, ini komentar saya:


tulisannya bagus,izin share di grup lain boleh? :)
aya sababaraha hal anu ku abi hoyong dikomentari:
1. saur abi mah nya,penurunan popularitas dangdut teh kulantaran dangdut tos jadi idola semua kalangan,terutama kalangan menegah ke bawah baik dari sisi ekonomi,sosial,pendidikan,dll.ieu pendapat abi nya,t acan aya survey resmi sih.hehe.kasusna siga musik alay.padahal alay oge identitas bangsa eta teh.tahun lalu jakartabeat.net bikin lomba penulisan opini musik,nu juara teh justru nu nulis ttg alay.saurna fenomena alay teh siga harajuku di jepang.di jepang,style harajuku sok dianggap rendah,kampungan.tapi malah laku di indonesia.alay ge bisa jadi kitu,dangdut juga mungkin kitu.tah jadi kitu intina penurunan prestise dangdut teh kumargi tos tiasa nembus sekat kelas masyarakat,jadi lumrah.padahal urang pan sok bangga mun misalna selera musikna (atawa hal lain ge) beda sareng nu sanes.
2. dangdut nu kontam ku nilai erotisme, senasib sareng musik metal anu dicap satanis,padahal kan teu sadaya kitu.mun misalna dangdut diicalkeun nilai erotisna,atuh asa bakal jadi robah sanes dangdut deui,pan dangdut teh ngageolkeun bujur tea sanes?eta teh erotis tea pan?hehe.siga metal nu dipaksakeun kedah ngomongkeun nu sopan2 di lirikna.atuh kumaha da teu ngeunah,padahal pan sejarahna/identitasna ge sanes kitu.jaipong ge ceuk abi mah erotis,beberapa tari bali ge erotis,makana abi gaduh stigma nyalira soal budaya indonesia,erotically beautiful. jadi sur abi mah solusina,ameh teu terkesan erotis,audiensna kedah dibatasi.erotisme itu kan relatif nya.mungkn aya nu nyangka cipika-cipiki erotis,katinggal pingping erotis,aya oge nu nganggap biasa2.
3. koreksi,sanes denny sukrie,tapi denny sakrie,mangga polow twitterna @dennysakrie,sok aya inpo anu sae
4. Nuhun, punten bilih aya nu lepat :)

Labels: , ,