Manis Getir Skripsi: Salah Orang

Hari ini seperti biasa misi saya adalah mengumpulkan responden sebanyak mungkin agar proses pengumpulan data juga lebih cepat sehingga pengolahan data dan penyelesaian skripsi juga lebih cepat. Sebelum melakukan penelitian ini, saya telah melakukan survey pengguna nada sambung ke 3754 mahasiswa TPB. Dari survey itu diperoleh kesimpulan bahwa 77 orang mahasiswa TPB (Tingkat Persiapan Bersama) mengaktifkan nada sambung, merekalah sasaran penelitian saya. Tiap hari nomor mereka saya hubungi untuk ditemui dan diminta mengisi kuesioner dan saya menghubungi orang yang sama untuk mengambil kuesioner penelitian.

Seorang mahasiswi hari ini menunggu untuk saya ambil kuesionernya. Kami akan bertemu di tangga utama Faperta (tanggut) jam 1. Jam 12.30, ketika saya dan Windi baru tiba di Kantin Stevia untuk makan siang, SMS dari responden datang, "Kak saya udah di tanggut," katanya. Saya lalu melesat kesana setelah mengirim SMS balasan, "ok, saya kesana. saya pakai kaos berkerah putih".

Setibanya di tanggut, SMS yang saya kirim belum juga berstatus terkirim, pulsa telepon pun tak ada. Untuk mempercepat proses pertemuan, saya tanya orang-orang yang ada disana.
"Ada yang namanya Cahyuning?" tanya saya ke dua orang mahasiswi berkerudung lebar
"Ga ada Kak, yang ada ini Cah Tono," jawab satu diantara mereka
"Eh bukan kak, maaf dia emang suka bercanda," ujar wanita berkerudung lainnya. Saya pun beranjak ke sisi lain tangga sementara SMS yang saya kirim belum juga terkirim.

Ponsel saya lalu bergetar. Ternyata nomor berbeda yang mengirim SMS. "Kak saya udah beres isi kuesionernya," kata pesan itu. Saya jawab "OK saya ambil kesana," maksud saya 'kesana' adalah stand dormitory expo di koridor tanah (kortan) tak jauh dari sana. Malangnya, SMS yang saya kirim ke nomor berbeda juga urung terkirim. Saya pun menunggu di pinggiran pagar tangga. Dari arah tangga, 3 orang mahasiswi berjalan ke arah saya, mereka tersenyum. Saya langsung bertanya, "Kamu anak TPB?" Kening si wanita langsung berkerut. Bukan katanya, dia teman Windi. Teman-teman tau apa arti jawaban itu? Itu artinya dia adalah teman dari pacar saya sendiri yang seharusnya sudah saya kenal. Tapi karena bagi saya beberapa teman Windi terlihat serupa (terutama yang berkerudung), ditambah dengan intensitas pertemuan yang kurang, dikali kemampuan identifikasi interpersonal saya yang ternyata kurang baik, maka pecahlah insiden itu.

Saya lalu kembali ke Stevia, melapor ke Windi. SMS yang saya kirim ternyata baru nyampe, si responden yang hendak mengembalikan kuesioner sudah menunggu di depan kelas di tanggut, sementara saya baru saja tiba di Stevia. Setelah menertawakan kejadian yang saya alami dengan temannya, Windi menyarankan agar saya kembali kesana, jangan menunda-nunda katanya. Tentu saya kembali lagi, menemui dia dan mengambil kuesioner, lalu berbelok ke kortan untuk kuesioner berikutnya. Setibanya di Stevia, Windi sudah menghabiskan soto yang ia pesan. Es krim yang saya pesan sudah mulai meleleh, 10 menit lagi Windi harus masuk kelas. Kuesioner itu lalu saya cek. Responden pertama ternyata orang yang belum pernah mengaktifkan nada sambung. Responden kedua ternyata mengaktifkan nada sambung beberapa bulan sebelum pelaksanaan survey. Artinya setelah melalui jalan panjang tadi, kedua kuesioner tersebut tidak bisa diikutsertakan dalam penelitian karena tidak memenuhi syarat.

Labels: