Inner Beauty

diambil dari sini -> http://www.facebook.com/note.php?note_id=387143435138

Suatu sore di tengah kuliah pemasaran sosial, Putri yang duduk di samping dan sedang membaca buku Yuni tentang wanita solehah, bertanya apakah saya percaya dengan inner beauty? Nice question, langsung saya jawab dengan kata pasti. Tentu saya percaya. Namun paparan Pak Djemdjem sore itu memaksa saya menunda penjelasan. Inilah harga yang saya bayar untuk hutang pendapat bagi pertanyaan putri.

Di kaskus, saya pernah membaca cerita tentang dua sejoli yang setia satu sama lain. Sang wanita yang sudah berstatus istri itu bertanya, apa alasan sang suami hingga ia mencintai dirinya. Suaminya menyatakan bahwa ia tidak punya alasan. Sebenarnya, istri itu tak puas dengan jawaban suaminya, hingga sebuah peristiwa meyakinkan jawaban pasangannya. Si istri mengalami kecelakaan, hingga ia tak yakin bahwa kecantikan fisiknya bisa dibanggakan lagi. Ia tak yakin suaminya masih menyayanginya seperti dulu. Namun ternyata istri itu salah, suaminya tetap merawat dan menyayanginya. Lalu istri itu berkesimpulan bahwa benarlah adanya cinta itu tidak membutuhkan alasan.

Dari kisah yang belum tentu nyata namun mungkin terjadi diatas, saya lalu berkonklusi bahwa itulah yang dimaksud dengan inner beauty. Meskipun tampilan eksternal berubah, namun inner beauty mampu mempertahankan. Jika istri diganti menjadi suami, dan begitupun sebaliknya, maka cerita itu tetap saja logis. Hal itu menandakan bahwa inner beauty tak hanya dimiliki wanita, karena beauty yang dimaksud adalah keindahan, dan keindahan bukanlah sifat yang terpaku batas gender.

Lalu apa pentingnya tampilan fisik? Coba bayangkan selembar uang kertas dengan nominal seratus ribu dan emas satu gram yang nilainya setara dengan seratus ribu. Nilai dari satu gram emas adalah bentuk fisik nominal seratus ribu. Sedangkan selembar nominal seratus ribu sebenarnya tidak bernilai seratus ribu. Selembar kertas kecil dengan karakteristik demikian sepertinya bernilai lebih kecil dari seratus ribu yang tertera. Sekarang umpamakan jika kita dibekali satu gram emas. Biasanya bentuk fisik emas itu akan ditukar dengan uang yang memiliki nilai guna lebih besar. Begitu pula saat kita menemui seseorang. Hal pertama yang kita perhatikan adalah tampilan fisiknya, karena hal itu adalah gambaran yang paling nyata. Lalu setelah itu kita akan menukar “emas” berupa tampilan luar dengan “uang “ yang dianalogikan dengan sifat orang itu. Jika sifatnya tidak sesuai dengan harapan kita, seindah apapun gambaran luar orang itu, biasanya akan kita jauhi. Namun meskipun seseorang tidak terlalu unggul dalam penampakan fisik, jika nilai internalnya unggul, tentu ia yang akan terpilih. Demikianlah kita layaknya memperlakukan aspek eksternal dan internal. Dengan mengutamakan kualitas internal yang merupakan sumber inner beauty, maka daya tarik yang sebenarnya akan muncul. Tentu saja tanpa mengabaikan aspek eksternal yang berperan sebagai pemicu kesan pertama.

Dalam buku ESQ karya Ari Ginanjar Agustian, saya mendapat sebuah hikmah yang menyatakan bahwa segala hal yang kita sukai adalah refleksi sifat ilahiah Tuhan. Jadi, pada hakikatnya, saat kita mencintai seorang wanita misalnya, yang kita cintai adalah kecantikannya, sifat penyayangnya, sikap lembutnya, dan hal lainnya yang melekat dalam sosok wanita itu. Sadar atau tidak, sifat-sifat itu adalah kepunyaan Allah. Maka dapat disimpulkan bahwa secara fitrah, manusia memang selalu mencari Tuhannya, melalui sifat-Nya. Lalu bagaimana cara memunculkan sifat ilahiah itu dalam diri kita? Tentu saja dengan mendekatkan diri pada sifat itu.

Rudolf Dethu, dalam sebuah posting blognya melakukan overview album-album fenomenal yang memiliki art cover level jongkok tapi kualitas musik kelas jempolan. Ya, tengok saja cover album Half Hour of Power-nya Sum 41. Sepertinya semua yang memperhatikan setuju bahwa nilai seni di cover album itu tidak terlalu bernilai, tapi coba dekatkan telinga anda dan tutup mata. Karya musikal dalam album itu bahkan memuat senandung-senandung legendaris macam Makes No Difference, Machine Gun, What I Believe hingga What We’re All About yang menjadi ikon album OST Spiderman. Fakta menarik itu membuktikan bahwa tampilan fisik itu bukan yang pertama, tapi imbas dari pesona internal.

If you focus on your service, money will follow

If you focus on your money, you got nothing

Semboyan marketing itu sepertinya menarik jika sedikit dirubah menajdi

If you focus on your internal value, girl/boy will follow

If you focus on girl/boy, you will lost both woman/man and internal value

Labels: ,