Di hari terakhir ini, 40-an peserta berkesempatan mengikuti kunjungan ke penangkaran buaya di Banten.
Suasana di dalam bis
Disambut Bang Erik dan jajarannya
Buaya di tempat ini berjumlah sekitar 3600 ekor
The Eye
Bertumpuk
Berjejer
Mommy and Kiddie
Bersilangan
Tahukah teman-teman? Buaya ternyata monogami. Jika mereka menangis, itu artinya mereka akan mati. Buaya selalu menggigit manusia di betisnya dan dari arah belakang. Buaya giginya keluar dari mulut, sedangkan aligator giginya masuk ke dalam mulut saat rahang mengatup. Aligator hanya ada di benua amerika. Indonesia adalah negara yang memiliki spesies buaya terbanyak. Masa hidup buaya bisa hingga 90 tahun.
Di tempat ini nantinya akan dibuat dua kategori buaya, buaya induk yang akan menghasilkan keturunan baru dan melestarikan spesiesnya, dan buaya yang kulitnya akan dipanen. Buaya diatas adalah buaya induk
Saya punya imajinasi tersendiri terkait penangkaran buaya ini. Saya membayangkan mungkin suatu hari nanti manusia menjadi spesies yang justru harus dilestarikan karena keberadaannya terancam, hampir punah. Oleh karena itu manusia harus disediakan tempat penangkaran agar tetap eksis dan tetap menjadi komoditas industri. menyeramkan ya? Khayalan ini saya ceritakan ke Bunda Tatty. "Apakah tidak khawatir nantinya punah bunda, jika buaya-buaya ini harus jadi komoditas industri?" begitu tanya saya kepada beliau. Menurut pengarang Keydo itu, justru dengan membuat penangkaran buaya semacam ini, spesies buaya akan lestari. "Coba lihat kambing, sapi, ayam dan hewan ternak lain. Mereka tetap lestari karena dibudidayakan. Spesies-spesies yang punah justru adalah mereka yang tidak mengalami proses konservasi macam ini," kira-kira begitu pemaparan beliau.
Kulit buaya yang sedang mengalami proses pengolahan
Sesi tanya jawab
Sesi foto bersama terakhir sebelum benar-benar berpisah
Embun yang terbentuk dari teh hangat yang disajikan siang itu membentuk ungkapan senyum, gambaran suasana hati saya selama hari itu, selama mengikuti rangkaian kegiatan FIM sejak 4 hari sebelumnya.
Pelangi mengiringi perjalanan kami pulang
Kami singgah di Rahat Cafe, menikmati bubur buah dan berdiskusi dengan pemilik cafe itu. "Siapa yang paling pantas punya mobil Ferrari?" tanya Alex si tuan Rahat Cafe. "Mereka yang sangat menginginkannya," jawab saya pasti.
Kaki pelangi
Busur sapta warna :D
Pelangi di Timur Bogor
Berpose di halaman cafe bersama pemiliknya
Labels: FIM, pengalaman