Tentang Tempel-Menempel

Pagi tadi saya berjalan melintasi halte bis depan Faperta IPB. Saya baru sadar bahwa halte itu ternyata sudah tidak indah lagi. Ketidakindahan yang saya maksud adalah tempelan-tempelan di tembok halte. Tempelan itu isinya macam-macam, ada publikasi acara, iklan rental motor, bahkan semacam lembar pengesahan sebuah lembaga kemahasiswaan ditempel disana, genius sekali. Dua kertas lain berukuran A3 juga ditempel disana, isinya semacam pidato ketua UKM sekaligus pemaparan tentang misi sebuah organisasi yang menjanjikan perjuangan, perbaikan, dan hal indah lainnya. Ironisnya, misi mulia organisasi itu justru dikhianati oleh orang yang menempel kertas itu disana. Atau jangan-jangan level berorganisasi kita baru bisa melatih berkata-kata indah bak kampanye politik itu. Soal implementasi visi-misi? Terkesan dijadikan nomor sekian. Coba tanya beberapa anggota lembaga kemahasiswaan, apa dia tau visi & misi organisasinya? Apa dia pernah menghadiri pembahasan AD/ART organisasi? Tunggu-tunggu, jangan-jangan dia tidak tahu apa itu AD/ART karena memang tidak pernah dibahas organisasi itu, walah. Ajaib.


Bagaimana mungkin perbaikan dilakukan jika hal kecil semacam meletakkan sesuatu pada tempatnya saja sudah sulit dilakukan. Tembok halte bis itu saya yakin bukan digunakan sebagai papan pengumuman, tapi nyatanya papan pengumuman di Media Center Faperta saja kalah ramainya dibanding tempelan kertas di halte itu. coba tengok foto yang ini, bahkan tong sampah di belakang SC juga ditempeli publikasi acara, luar biasa sekali.

Teman-teman tentu setuju jika semua hal harus diletakkan pada tempatnya. Pasang publikasi ya tempatnya di papan pengumuman. Jika kita sebagai “agent of change” saja gagal melakukan perubahan, ya nantinya kita bakal sama saja dengan para perusak keindahan kota yang juga tidak mengindahkan estetika lingkungan. Well, mungkin mereka bersikap demikian karena tingkat pendidikannya tidak sampai universitas. Nah kita yang belajar di perguruan tinggi kalau bertindak sama seperti itu ya buat apa berjalan sampai sejauh ini? Gimana kita mau menjaga keindahan Indonesia? atau keindahan kota lah dulu. Gimana kita bisa jaga ketertiban kota kita kalau di lingkup kecil saja kita tidak mampu. Kalau kita terbiasa begini, jangan-jangan nanti kita terbiasa salah nyimpan uang negara, malah disimpan di dompet pribadi, amit-amit kan?

Apa? Saya sendiri ngapain ngomong doang? Segera saya akan balik lagi kesana, nanti insya Allah saya cabutin semua tempelan liar itu. Lah kenapa ga dari tadi saya copot tempelan itu? itu dia, saya baru kepikir sekarang buat bersihin aja itu tembok. Hehe. Yah namanya juga manusia, faktor usia juga mungkin ngaruh ya, maklum semester 8. Hehe. Kalau begitu saya tantang teman-teman, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Ada kesempatan beramal tuh di tembok halte, siapa cepat dia dapat. :)

Labels: ,