Tak lucu rasanya, tinggal di daerah tambang batubara, tapi tak tahu ada apa sebenarnya di tambang. Karenanya kami diajak untuk mengikuti tur tambang (mining tour). Dalam tur itu kami dikenalkan dengan kendaraan besar yang biasa beroperasi di daerah tambang, kondisi aktual tambang, hingga kunjungan ke lahan bekas tambang yang telah dikembalikan ke kondisi semulanya berupa lahan produktif.
Perusahaan memiliki sebuah tanggung jawab bernama CSR (Corporate Social Responsibility). Tanggung jawab itu didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, plannet dan people (3P). Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang, maka prioritas keuntungan ekonomis adalah hal yang perlu (profit). Sementara itu perusahaan pun harus bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup (plannet), yang dalam hal ini terwujud dalam reklamasi area bekas tambang menjadi lahan yang kembali subur. Masyarakat di sekitar perusahaan juga harus merasakan manfaat kehadiran perusahaan di sekitarnya (people). Salah satu manfaat bagi masyarakat sekitar tambang Senakin PT Arutmin terwujud dalam kehadiran Dahlia. Dahlia adalah area pengembangan potensi pertanian daerah sekitar tambang. Disana dikembangkan pertanian dalam paradigma luas, mulai dari perkebunan hingga peternakan. Dahlia menjadi salah satu mata acara dalam mining tour kami, sekaligus menjadi titik penutup rangkaian tur pertama.
Arena tambang
Mobilnya memang besar, bukan ukuran kami yang diperkecil
Tanah yang kami injak diatas pernah menjadi tambang batubara
Perkebunan Dahlia
Sebelum tahun 2008, disinilah Desa Sebuli
Destinasi wisata sekitar Sebuli didominasi area pantai. Setelah bersilaturahmi ke pantai Senakin, pinggiran darat yang kami kunjungi selanjutnya adalah pantai Tanjung Mahkota. Pantai itu juga terletak di luar desa Sebuli. Untuk menuju kesana, kami melewati medan yang tidak terlalu nyaman. Penghubung antar desa disana belum sempurna. Jalan masih tersusun dengan bebatuan besar. Di beberapa bagian jalan, masih banyak tanah basah yang licin, bahkan ketika atau setelah hujan turun, jalan itu berubah menjadi sungai. Tapi jibaku kami di jalur itu terbayar dengan heningnya pantai tanjung mahkota. Riak ombak merangkak pelan hampir tanpa suara. Kabut yang semula menutupi laut lepas perlahan hilang, menampakkan barisan koral di area dangkal pantai. Jika saja jalur transportasi menuju daerah ini lebih baik, pantai tanjung mahkota pasti menjadi salah satu primadona unggulan tujuan wisata Kalimantan Selatan.
Labels: foto, pengalaman