
Segala puji hanya bagi Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan seimbang. Seperti biasa, hari Rabu aku kuliah jam 7 pagi. Berhubung Selasa malam kuhabiskan waktu sekitar 2 jam untuk bermain futsal hingga jam setengah 11, maka di kegiatan kuliah besoknya, aku manggut-manggut. Itu bukan tanda mengiyakan kata-kata dosen, bukan pula tanda aku sedang berdzikir, tapi aku mangantuk. Well, sebenarnya meskipun malemnya ga futsal dulu, mataku selalu terasa berat setelah duduk menatap dosen dan materi presentasinya,
i don't know why. Ceritanya, pagi itu aku diminta tolong Bu Melly untuk mengambil form absensi dari ruang TU. Setelah form itu kusebarkan, aku duduk dan mengikuti kuliah dengan semangat perubahan, HARI INI GA BOLEH NGANTUK. Tapi apa daya, malang tak dapat diterima, mujur selalu diraih, pandanganku yang sekarang dilapisi lensa cekung mulai memudar, akhirnya mataku tertutup damai. Maha Suci Allah yang telah menganugerahkan indera pendengaran yang begitu sempurna kepada manusia. Ajaib saudara, meskipun dalam kondisi tidur, telinga kita masih mampu mendengar. Bayangkan jika telinga kita ikut inaktif bersama mata, maka cara untuk membangunkan orang lain adalah dengan kontak fisik ke indera lainnya (diguyur air, ditabok, di-smack-down, dll). OK, sekarang kita kembali ke ruang kuliah. Saat aku terlena dalam buaian materi kuliah yang terdengar bak dongeng Hans Christian Anderson, tiba-tiba ragaku tersentak kaget. Bu Melly memanggil namaku,
"Reza, absennya udah ada?"Selama aku berbicara, semua orang menatapku tajam. Aku beruntung, aku tak melihat raut muka senyum ataupun tawa dari wajah mereka. Itu artinya, mereka tidak melihat reaksi bodohku saat Bu Melly menyeretku dari alam mimpi. Uh, Thank God!